Ada Lamaran, Ada Jawaban Bagian 2

Yups, kembali lagi menulis lanjutan kisah yang telah dimulai.. hhi 🙂 Ada Lamaran, Ada Jawaban Bagian 1 berakhir pada bagian Aku yang sedang mencari informasi terkait dengan dirinya. Aku menghubungi 3 orang yang menurutku cukup kukenal, walaupun sok kenal juga hehe. Awalnya aku ingin menambah satu orang lagi, tapi karena ingin menjaga berita ini agar tidak diketahui banyak orang, Aku mengurungkan niat itu. Aku hanya menambah 1 orang teman SMA untuk dimintakan pendapat dan saran bagaimana Aku harus menilai seorang laki-laki yang datang melamar. Hal apa saja yang harus kulihat.

Malam itu, di malam minggu, yang menurutku nuansanya begitu berbeda karena masih dalam posisi kaget tak percaya, yang benar-benar seperti mimpi, muka sumringah  (з´⌣`ε)  , Aku segera menghubungi ketiga orang tersebut dan temanku. Beda-beda jalur komunikasi yang digunakan. Dua orang, entre dan cons melalui salah satu aplikasi di HP, iter dengan menggunakan media sosial dan email, sedangkan teman SMA ku melalui SMS. Aku memberi tahu Dia untuk memohon izin bahwa aku bertanya tentang Dia kepada mereka bertiga, teman-temannya, Dia hanya menjawab iya (kalau menurutku Dia menjadi lebih kalem setelah mengungkapkan isi hatinya, deg-deg an kali ya, hihi ˆ⌣ˆ ) « bagian ini akan dijelaskan lebih detail di bawah :).

Selain menghubungi mereka, aku langsung membuka buku panduan menikah, melihat bab tentang menilai laki-laki serta tata cara pengambilan keputusan yang diberkahi Allah. Salah satu bukunya berjudul ‘keluarga sakinah’ (kalau ga salah) karangan ustadz yazid. Bukunya kira-kira 200-300 halaman.. Agak tebal.. Di buku tersebut pembahasannya detail dan disertai hadits dan ayat Al-Quran untuk mendukung pernyataan-pernyataan yang dibuat, sudah seperti jurnal ilmiah kalau dari bidang akademik yang mana banyak referensi yang jelas asal-usulnya :). Salah satu ilmu yang didapat terkait dengan seorang laki-laki yang melamar yaitu:

Seorang laki-laki dipilih menjadi seorang suami berdasarkan akhlak dan agamanya. Sebagaimana sabda Rasulullah salallahu allaihi wassalam “apabila seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian (untuk meminang anak perempuan kalian) maka hendaknya kalian menikahkannya dengan anak perempuan kalian. Bila tidak akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan.” (HR At-Tirmidzi, sanadnya hasan).

Tak lupa aku menghubungi kaka pertamaku yang sedang bekerja di luar kota. Lebih tepatnya untuk meminta saran dan mohon izin untuk melangkahi bila Aku menerimanya, karena saat itu bulan yang diajukan oleh Dia lebih dulu dibandingkan dengan bulan pernikahan Kakaku yang telah direncanakan. Kakaku yang kutelpon, tak percaya kalau Aku dilamar, “Mantap” ungkapnya. Menurutnya jarang laki-laki seberani itu, langsung minta menikah, tanpa proses pacaran di zaman ini. Kakaku saat itu setuju-setuju aja setelah kuceritakan tentang sifat-sifat atau karakter dari Dia yang kuketahui. Masalah melangkahi tidak diambil pusing, dan malah mendukung. Saran, doa, dan izin dari kakaku pun telah di tangan.

Berlanjut dengan kembali mengobrol dengan orang tuaku. Menurut ibuku, dilihat dari caranya mengatakan ‘hanya ais’ Dia seorang yang sangat yakin, mamaku senang. Orangnya baik, shaleh, dari keluarga yang juga baik. Menurut mamaku, mungkin kekurangannya hanya sedikit, seperti belum lulus, kejelasan masa depan, dan agak pendiam hehe.. (Padahal mah.. Aslinya ga pendiam kalau menurutku hehe). Kemudian, lanjut menurut bapakku, menurut bapakku Dia ‘berani’, berani ngomong langsung ke Bapak, cerdas juga karena ngomongnya pas lagi jalan, jadi ngga kelihatan ekspresinya, shaleh, baik, lucu karena suka bingung kalau pas diajak ngomong, bisa jadi pemimpin (insya Allah). Saat itu aku bertanya, ‘bagaimana kalau aku menolak lamarannya?’. Bapak menjawab ‘lebih baik shalat dulu, intinya kalau kamu tolak, jangan sampai menyesal ya’. Wow.. Σ( ° △ °|||) kayanya kedua orang tuaku udah ok dengan Dia, setuju-setuju aja, asal Aku bahagia.. Aku pun tertidur dengan perasaan yang masih mengambang.. Membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya di hari-hari ke depannya..

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Aku meminta informasi dari ketiga temannya.. Dengan memberikan beberapa pertanyaan utama terkait dengan ciri-ciri laki-laki yang bisa dijadikan suami dalam Islam.. Yaitu Agamanya Islam, keturunan dan keluarganya, materi atau keuangan (aku lebih bertanya tentang rencana dia ke depannya sama dia dalam mengelola keuangan selama ini), sifat-sifat yang dimiliki, hal-hal yang ngga disukai dari Dia bagi teman-temannya, kelebihan-kelebihannya, wanita, masa lalunya, hubungan pertemanan, dan lain-lain.

Saat aku menanyakan ketiga orang temannya, pertanyaannya sama semua. Secara garis besar tentang Dia orangnya seperti apa, kemudian bila dilihat dari kriteria Islam: ketaqwaannya, akhlaknya, keturunan, kemampuan keuangan(menghidupi), dan fisiknya apakah dia baik dan bisa menjadi pemimpin yang baik kelak. Lalu, merembet ke pertanyaan lainnya, hehe..apakah dia bisa menjadi orang yang tegas dan bertanggung jawab? Apakah dia pernah marah? Kalo dia marah seperti apa? Dan dulu waktu sering bersama, dia sering shalat berjamaah? Sering ngga dia menjadi imam?.. (Banyak juga ya..pas dipikir-pikir..yang penting sampai puas mengenal calon pendamping hidup ;D)

#entre
Orang yang pertama kali menjawab. Saat itu pas waktu minggu pagi kalau ngga salah dia memberikan jawaban. Informasi yang didapat tidak terlalu banyak, tetapi tetap memberikan masukkan. Inti dari jawaban entre adalah Dia orang yang baik dan shaleh.

#cons
Aku berkomunikasi dengan kons cukup panjang, hampir setiap jawaban dari cons yang bisa kutanyakan, kutanyakan kembali.. Sampai aku merasa, ok.. Cons pun memberi info-info di luar hal yang aku tanyakan.. Sampai hal-hal kecil banget.. Dan sama seperti entre, cons meyakinkan bahwa Dia bisa menjadi pemimpin yang baik kelak.. Dia pun memberi saran bahwa ngga ada laki-laki yang sempurna, yang penting perubahan ke arah yang lebih baik yang terus dilakukan 🙂

#iter Karena melalui email, jadinya ada back up an yg bisa dimasukkin di sini.. Tapi tetap aku edit.. Hhe, biar ngga ketahuan semua.. Nah ini jawaban iter..

Assalamu’alaikum. Bismillah..Sesuai pesanan, untuk pertimbangan akan saya jelaskan tentang Anton.

Empat Kriteria:

1. Ketaqwaannya

Insya Allah tidak perlu diragukan ketaqwaannya.(Sudah hasil edit){Pas membaca ini, langsung ngga bisa berkata-kata.. 🙂 senyuman pun muncul}

2. Nasab

Keluarga Anton termasuk keluarga baik dan terpandang di lingkungannya. Ayah dan ibunya memiliki pemahaman agama yang baik. Ia mempunyai kakak dan adik. Kesimpulannya, Insya Allah Anton berasal dari keluarga baik-baik dan paham akan Islam.

3. Kemampuan Keuangan

Jika parameternya adalah pekerjaan tetap, maka setahu saya, Anton memang belum memiliki pekerjaan tetap {saat itu Dia belum lulus}. Namun, jika parameternya adalah tetap bekerja, saya yakin, insya Allah Anton adalah orang yang bertanggung jawab untuk senantiasa mencari nafkah yang halal dan baik. Anton sudah berfikir untuk menjadi mandiri dalam mencari nafkah.

4. Fisik

Anton insya Allah adalah pribadi yang sehat, suka berolah raga, dan tidak ada kekurangan apa pun dalam fisiknya. Insya Allah sudah matang baik secara biologis maupun mental (dewasa).

“Lain-lain” di sini, hanya ingin memberikan informasi tambahan mengenai Anton.

1. Marah

Tentu saja setiap manusia pernah marah. Marah besar Anton yang pernah saya rasakan adalah ketika sedang bekerja di SEM. Saat itu dia sudah mendesain sebuah komponen sedemikian rupa (rumit) dan sudah membuat prototype-nya. Namun tiba-tiba ketika berkonsultasi, apa yang dia buat tidak diperlukan dan desain kembali ke konsep awal. Dia marah. Ketika dia marah, tidak sampai mencaci, memaki, menghina, dsb. Namun hanya malas berbicara, malas berkomentar, bermuka masam, dan ingin sendiri. Saya diamkan saja beberapa saat (saya lupa 1 atau 2 hari) dan dia sudah kembali normal lagi. Selain itu saya belum pernah melihat ia marah lagi. Saya menilai ia termasuk pribadi yang dapat menahan amarah, karena beberapa kali saya lihat ketika seharusnya ia pantas untuk marah, ia berusaha menahan diri.

2. Ketegasan

Mungkin memang ini yang sedikit perlu diperhatikan lebih pada sifat Anton. Jujur, memang dia terkadang agak kurang tegas dalam memutuskan. Suatu kali saya pernah melihat ia menyetujui beberapa amanah yang pada akhirnya membuat ia kerepotan. Akan tetapi tidak selamanya dia tidak tegas, dalam beberapa kasus ia mampu untuk mengatakan ya/tidak dengan tegas. Menurut saya, tidak ada manusia yang sempurna, pasti ada beberapa hal yang menjadi kelemahannya. Jika memang bisa menerimanya, yang diperlukan hanyalah membantunya untuk menentukan prioritas dan menasehati untuk memberikan saran terbaik agar ia bisa tegas dalam memutuskan karena terkadang ia berpikir mendalam sendiri di dalam pikirannya. Cukup digali apa yang sedang dia pikirkan dan diskusikan pilihan terbaik.

3. Tanggung Jawab

Seperti yang telah saya ulas sebelumnya, insya Allah ia adalah orang yang bertanggung jawab dan amanah. Ini yang telah saya rasakan ketika beberapa kali bekerja bersama dia.

4. Cerdas, scientific, dan engineer sejati.

Insya Allah tidak perlu diragukan lagi kecerdasannya. Di mesin, dia lebih menyukai bidang manufaktur. Logika berpikirnya sangat baik, di atas rata-rata menurut saya. Calon engineer masa depan bangsa, menurut saya. Passionnya adalah “berdakwah melalui dunia engineering”.

5. Loyal

Anton sama sekali bukan orang yang pelit. Hal yang cukup menarik juga adalah ketika saya menginap di tempatnya, ia -setiap pagi- beberapa kali menghidangkan nasi goreng buatannya sendiri untuk teman-temannya. Saya rasa ini unik lho untuk laki-laki anak kost-kost-an, bukan hal yang biasa. Di situlah semakin terasa nikmat persaudaraannya.

6. Rencana Hidup

Setelah mengikuti pelatihan MHMMD (Mengelola Hidup dan Merencanakan Masa Depan) Anton semakin giat dalam membuat plan hidupnya untuk beberapa waktu tahun ke depan.

Demikianlah yang mampu saya sampaikan tentang Anton dari pandangan pribadi selama saya berhubungan dengan dia. Setahu saya, satu hal yang membuat ia berani melamar adalah, “For the Sake of Honor”, untuk menjemput cinta-Nya. {Kata-katanya memberi masukan yang berarti ketika saya harus mengambil keputusan, Aku menjadi mengenal Dia}.

Pantas atau tidak. Pertanyaan besar karena jawabannya akan mempengaruhi kehidupan kalian ke depannya, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Saya rasa Mbak Ais sudah mengetahui bahwa jodoh, rezeki, dan kematian telah termaktub di dalam Lauhul Mahfudz. Pena telah diangkat dan tinta sudah mengering (tidak akan ada yang berubah, kecuali Allah menghendaki). Wallahu’alam, saya pun tidak mengetahui apakah nama kalian memang telah Allah sandingkan di sana, berdua, atau tidak. Maka, silahkan bermunajat kepada Allah Ta’ala, Dia yang paling mengetahui segalanya, ikhlaskan hati dan jernihkan pikiran, semoga Allah berkenan memberi petunjuk. Di sisi lain, jika ditanya pendapat saya, saya rasa kalian sekufu’. Dari sisi agama dan ketakwaan, nasab, fisik, dan kemampuan finansial. Namun perlu diingat juga, sekufu bukanlah kata pasif, namun kata kerja yang artinya jika pada awalnya terlihat tidak sekufu, maka di perjalanannya, mereka bisa menjadi sekufu (sama, sederajat). Serta, sekufu juga bukan berarti kalian sama dalam banyak hal, bisa jadi berbeda, namun perbedaan itulah yang justru membuat kalian saling mengisi satu dengan yang lainnya. Wallahu’alam. Semoga Allah memudahkan dan memberkati jalan-jalan kalian. Apapun kelak keputusan yang diambil, semoga Allah memudahkan dan memberkati jalan-jalan kalian.”

Jawaban-jawaban dari ketiga temannya menyimpulkan bahwa Dia pribadi yang baik dan bisa menjadi pemimpin kelak. Dia telah siap untuk menikah dengan niatan untuk ibadah. Jawaban ini menjadi masukkan bagiku yang tentunya belum terlalu mengenalnya sama sekali, dibanding mereka yang lebih lama mengenalnya, bahkan hingga kehidupannya sehari-hari. Menurutku saat itu informasinya telah cukup, hanya tinggal 3 pertanyaan yang aku ajukan ke Dia (temanku SMA yang menyarankan hal ini). Pertanyaan ini terkait dengan aqidah, dasar seseorang beriman kepada Allah. Pertanyaannya itu: siapakah Tuhanmu dan Rasulmu?, Apa yang menjadi panutanmu?, dan Allah berada di mana?. Alhamdulillah, Dia menjawab dengan baik 🙂 dan sesuai dengan tuntunan Islam. Saat itu, Aku sudah mulai mantap, bismillah untuk menjawab iya. Aku melakukan shalat istikharah untuk meminta petunjuk Allah, minta agar diberikan suami yang sholeh, baik, bisa menjadi pemimpinku kelak, dan bertanggung jawab, serta yang terbaik bagiku dan keluargaku dunia akhirat. Bismillah, bismillah.. :’)

Setelah yakin, aku pun memberitahu Dia bahwa akan menjawab jam 3 pagi tanggal 10 Muharram (6 des). Karena saat itu, umat Muslim juga disunnahkan untuk berpuasa, jadi menurutku sekalian sahur, hehe. Karena aku tipe orang yang mudah gugup, Aku pun mempersiapkan tulisan yang kuketik di Word agar ketika memberi tahu jawaban ke Dia, Aku tidak terbata-bata. Dibantu mama sebagai editor, tulisan pun siap. Cukup banyak, hampir 1 halaman word. Dan di situ aku bersiap untuk membuat dia tegang.. (Aku seakan-akan menjawab ngga, dengan diawali kata maaf..Hehe). Aku pun tertidur. Jam setengah 3 pagi Aku bangun dan siap memberikan jawaban. Aku menelponya dengan nomor utamaku, nomor S******. Dan aku juga meminta Dia untuk mengaktifkan nomor dia yang operatornya sama denganku supaya bisa Talkmania. Kutelpon satu kali, ngga diangkat. Tulalit. Telpon kedua juga. Baru telpon ketiga dengan meminjam hp mama, baru diangkat. Ternyata Dia sebelumnya, berusaha tidur lebih cepat biar bisa bangun jam 3, tapi udah kebangun jam 12 malam, dan dipikir jam 3.. Akhirnya susah tidur lagi, dan baru ketidur jam 2. Aku pun menjelaskan sesuai dengan yang aku ketik.. (Jadi nelpon sambil baca hehe). Dan tiba-tiba, baru mengatakan setangah baru sampai jawaban lamaran, ‘iya, saya menerima lamarannya’ telponnya terputus. Σ( ° △ °|||) … Baru setengah.. Dan bt duluan udah putus, ngga berniat sambung lagi. Ya udah de.. Ditinggal.. Selang 5-10 menit, dia menelpon, untuk meminta lanjutan kata-katanya.. (Ternyata selang beberapa menit itu, Dia sedang sujud syukur, alhamdulillah ya). Kata-kata selanjutnya lebih kepada komitmen dan ke depannya gimana. Intinya Aku dan Dia harus tetap menjaga diri karena tetap belum dalam posisi mahram. Kuakhiri telpon dengan salam karena sebentar lagi shubuh, padahal belum sahur. Dia pun belum sahur.
Hari yang merubah hidupku, dan memantapkan langkah-langkah untuk ke depannya, menyiapkan diri untuk berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

Itulah ceritaku.. Mana ceritamu? Hehe..

9 thoughts on “Ada Lamaran, Ada Jawaban Bagian 2

  1. wah, baru kali ini ngeliat blog yang ngeshare pengalaman melamar.. mantap sekali..

    masih ada 5 bulan lagi nih, ditunggu posting an proses ta’arufnya.. 🙂

  2. Pingback: Ada Lamaran, Ada Jawaban Bagian 1 | antonaisyah

Leave a reply to haniffajar89 Cancel reply